Digitalmania – Platipus juga sering dikenal dengan nama duck-billed Platypus atau Platypus berparuh bebek disebabkan bentuk paruhnya yang mirip dengan bebek merupakan hewan semi-akuatik yang banyak ditemui di bagian timur benua Australia. Walaupun Platipus bertelur tetapi ia tergolong ke dalam kelas Mammalia karena ia menyusui anaknya.
Platipus kini menjadi pusat perhatian para ilmuwan yang tertarik dengan susu platipus yang mengandung protein satu-satunya yang dapat membantu kita melawan bakteri resisten antibiotik yang semakin meresahkan masyarakat dunia.
Selama hampir 70 tahun, antibiotik telah menjadi pilihan pengobatan kita untuk sejumlah kondisi, dari gonore hingga pneumonia. Semakin banyak kita menggunakan antibiotik, semakin kebal tubuh terhadap antibiotik, membuat tubuh menjadi resisten terhadap beberapa jenis antibiotik.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengangkat masalah ini sampai level krisis. Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon menyebutnya sebagai “ancaman jangka panjang yang mendasar terhadap kesehatan manusia, produksi pangan berkelanjutan, dan pembangunan.”
Tahun 2010 diketahui bahwa susu platypus mengandung sifat antibakteri, mendorong para ilmuwan menjadi semakin kreatif dalam pencarian mereka untuk apa pun yang dapat membantu umat manusia melawan bakteri resisten antibiotik.
Tidak seperti mamalia lain yang mengantarkan susu ke anak-anak mereka melalui puting, platypus mengeluarkannya melalui kulit di perut mereka seperti keringat untuk diminum oleh anak-anak mereka. Susu yang keluar seperti keringat ini terekspos begitu saja yang menjelaskan mengapa susu platipus mengandung karakteristik antibakteri.
Untuk mengetahui secara pasti apa yang membuat susu platipus seperti itu, tim peneliti dari Organisasi Riset Ilmiah dan Industri Persemakmuran Australia (CSIRO) dan Universitas Deakin mencoba untuk meniru salah satu proteinnya di laboratorium.
Begitu mereka melihat struktur protein dengan lebih dekat, mereka terkejut melihat sesuatu yang benar-benar unik. protein terlihat seperti untalan rambut keriting membuat para ilmuwan menjulukinya sebagai protein Shirley Temple, mengacu pada rambut keriting sang aktris. Para peneliti percaya bahwa struktur yang unik ini dapat membantu mengembangkan obat baru untuk melawan bakteri resisten antibiotik. Digitalmania. (AN).