Digitalmania – Departemen Energi Amerika Serikat (DOE) berinvestasi pada apa yang disebut sebagai biofuel yang merupakan alternatif lain untuk bahan bakar fosil. Departemen Advanced Research Projects Agency-Energy (ARPA-E) adalah yang bertanggung jawab mendanai dua teknologi yang akan menghasilkan produksi skala besar dan budidaya makroalgae atau rumput laut yang akan dikonversi menjadi biofuel dan bahan kimia berbasis bio. Kedua proyek tersebut didanai dengan program Penelitian Makroalgae Research Inspiring Novel Energy Resources (MARINER).
Menurut Direktur Pelaksana ARPA-E, Eric Rohlfing, AS berpotensi memproduksi cukup biofuel dari makroalgae untuk memasok sepuluh persen kebutuhan energi transportasi tahunan negara tersebut.
Budidaya makroalgae saat ini hanya terbatas untuk konsumsi manusia. Namun, dengan teknologi dan infrastruktur pendukung yang tepat bisa menjadi sumber biologis energi bersih terbarukan yang dapat diandalkan yang tidak bergantung pada barang-barang yang membahayakan lingkungan seperti pupuk sintetis, atau penggunaan lahan luas dan sejumlah besar air tawar yang digunakan untuk memproduksi jagung, sumber utama biofuel di AS.
Budidaya Rumput Laut
Setiap proyek telah mendapatkan 500.000 dolar untuk melakukan penelitian pertama mereka di Universitas Alaska Fairbanks, sedang mengembangkan “budidaya yang dapat direplikasi yang mampu memproduksi hasil olahan rumput laut,” menurut DOE. Sementara penelitian kedua berasal dari Universitas Mississippi dan sedang mengerjakan kolam terapung untuk budidaya Sargassum, sejenis rumput laut juga. Keduanya merupakan upaya awal untuk membangun infrastruktur yang diperlukan untuk mencapai tujuan menghasilkan bahan bakar alternatif biofuel rumput laut.
Untuk membantu mempelajari bagaimana memaksimalkan potensi pertumbuhan, tim dari Pacific Northwest National Laboratory akan diberi lebih dari $ 2 juta, selama dua tahun untuk mengembangkan model untuk memprediksi lokasi dan waktu terbaik menanam rumput laut.
Bahan bakar bio biasanya terbuat dari hidrokarbon, seperti minyak dan gas, tapi rumput laut bisa untuk menetralisir karbon dengan mengambil karbon dioksida saat mereka tumbuh. Rumput laut juga tumbuh lebih cepat daripada tanaman berbasis lahan yang menyerap CO2. Digitalmania. (AN)