Digitalmania – Anak-anak adalah bagian paling rentan dalam kelompok masyarakat dan mudah dieksploitasi di dunia siber. Mereka mudah dieksploitasi oleh penjahat online bukan hanya karena usia, tetapi juga karena ketergantungan mereka pada situs jejaring untuk interaksi sosial yang menjadi pangkal sebab mengapa mereka seringkali jadi korban kejahatan online terutama penipuan online.
Hasil studi dari Javelin Strategy & Research tentang Penipuan Identitas Anak 2018 diketahui bahwa 11% rumah tangga memiliki setidaknya satu data kecil yang dikompromikan dalam pelanggaran tahun lalu. Hampir 40% anak di bawah umur atau lebih dari satu juta anak menjadi korban penipuan online. Sebagai perbandingan, hanya 19% orang dewasa yang menjadi sasaran.
Penipuan yang mengincar orang dewasa apalagi mereka yang dikenal publik bisa sangat berisiko, karena biasanya mendapatkan lebih banyak perhatian. Oleh karena itu, anak-anak lebih favorit untuk dijadikan korban, banyak orang masih sering mengabaikan efek penipuan identitas pada anak di bawah umur. Selain itu, anak-anak memiliki sejarah keuangan yang terbatas, yang memberikan peluang lebih besar bagi penipu untuk memanfaatkan informasi mereka dan membangun jaringan akun.
Karena anak-anak tidak memiliki sejarah berkaitan dengan segala hal yang berkaitan dengan aktivitas keuangan, penipu biasanya aman bergerak di bawah radar ketika membangun skema penipuan mereka. Mereka menggabungkan data dari banyak korban untuk menciptakan identitas yang dapat digunakan dalam penipuan identitas, misalnya membuat kartu kredit baru, atau untuk aktivitas ilegal lain yang berkaitan dengan finansial.
Karena anak terus menjadi sasaran penipuan online, orangtua harus lebih berperan aktif dalam melindungi anak mereka, apalagi karena mereka tidak bisa selama 24 jam terus menerus mengawasi anak di tengah kesibukkan menjalani rutinitas sehari-hari, maka ada baiknya orangtua memberi pengertian kepada anak-anak dengan tips berikut ini:
- Jangan pernah membagikan informasi pribadi dengan siapa pun yang “ditemui” secara online. Demikian juga, jangan membalas email dari orang yang tidak dikenal terutama yang meminta informasi pribadi atau nama pengguna/sandi. Jangan klik tautan dalam email yang mengarahkan anak ke situs yang meminta mereka memperbarui atau memverifikasi informasi mereka. Ini bahkan berlaku untuk email yang diterima anak Anda dari perusahaan tempat mereka berinteraksi secara teratur atau tampak sah.
- Selalu log off saat menggunakan komputer di tempat umum seperti di sekolah, perpustakaan, warnet, dll.
- Jangan membiasakan anak berbelanja menggunakan kartu kredit tanpa pengawasan langsung dari orangtua, dan biasakan hanya berbelanja di situs e-commerce yang sudah terjamin keamanannya.
Tips terkait penggunaan kata sandi
Seiring anak-anak menjadi lebih aktif secara online, mereka akan mulai membuat akun sendiri untuk berbagai hal mulai dari proyek sekolah, jejaring sosial, game online, dan banyak lagi. Hampir semua situs web ini akan memerlukan kata sandi. Pastikan anak Anda memahami kiat keamanan kata sandi berikut.
- Buat kata sandi aman banyak tips yang berkenaan pembuatan kata sandi yang kuat dan aman di internet salah satunya Pass Phrase yang merupakan teknik pembuatan kata sandi yang dirancang oleh ESET
- Ubah kata sandi secara teratur.
- Tidak menggunakan kata sandi yang sama untuk semua akun daring anak Anda.
- Beri tahu anak untuk selalu merahasiakan kata sandinya.
- Ingatkan anak-anak Anda untuk berhati-hati di mana mereka menyimpan informasi kata sandi mereka. Jangan menyimpannya di tas ransel atau dompet. Selain itu, jangan menyimpan file dari semua kata sandi di komputer Anda, para penjahat akan mencari di sana terlebih dahulu.
- Cobalah untuk tidak mengunjungi halaman yang mengharuskan anak Anda memasukkan nama pengguna dan kata sandi (Facebook, email, dll.) saat menggunakan komputer umum seperti di sekolah, perpustakaan, warnet, dll. Komputer dapat memiliki perangkat lunak pelacakan keystroke seperti keylogger.
Tips terkait jejaring sosial
Kiat-kiat ini ditujukan untuk pengguna internet tingkat lanjut. Percaya atau tidak, ketika anak-anak bertambah umur, mereka menjadi semakin rentan. Meskipun tampaknya Anda tidak perlu terlibat dalam kehidupan online anak Anda yang lebih tua, padahal pada usia tersebut mereka harus mendapatkan perhatian juga. Jadi sebelum anak-anak membuat akun jejaring sosial mereka sendiri, tinjau hal-hal ini:
- Sebelum membiarkan anak membuat akun online, pastikan untuk meninjau situs itu sendiri. Ketahui cara kerja dan apa yang akan dilakukan dan dilihat anak Anda.
- Sebagian besar jejaring sosial dapat dilihat oleh siapa saja di internet. Itulah mengapa sangat penting untuk terus mencermati apa yang diposting. Bahkan informasi yang tampaknya sama sekali tidak berbahaya dan biasa saja bisa berbahaya di tangan scammer phishing, pembully online, dan predator anak.
- Ingatkan anak pentingnya untuk memiliki percakapan terbuka dan jujur tentang pengalaman daring mereka. Sedari awal tanamkan pada anak jika mereka mengalami sesuatu yang membuat mereka merasa tidak nyaman, terancam, atau lainnya. Mereka harus memberi tahu Anda segera dan Anda tidak boleh marah dalam hal ini.
- Bekerja sama dengan anak-anak untuk membuat aturan jejaring sosial. Kapan mereka bisa online? Apa yang bisa mereka bagikan? Siapa “teman” yang dapat diterima? Anda mungkin ingin mempertimbangkan untuk membuat perjanjian atau aturan tertulis mengani hal ini. Digitalmania. (AN).