Digitalmania – Kapasitas penyimpanan data yang sangat besar di masa depan akan semakin dibutuhkan. berdasar statistik pada tahun 2015 tidak kurang dari 5,4 zettabyte (4,4 triliun gigabyte) digital data beredar di seluruh dunia. Dan akan meningkat menjadi 54 zettabyte (ZB) pada tahun 2020.
Situasi ini membutuhkan sistem penyimpanan data besar menjadi sangat mendesak, setiap hari volume dan laju produksi data dihasilkan begitu cepat dan besar sehingga server dan harddisk perlu diganti secara berkala, berpotensi meningkatkan risiko rusak dan kehilangan data.
Alasan ini yang menjadi faktor utama kenapa Microsoft bekerjasama dengan peneliti dari University of Washington dalam menyelidiki kemampuan DNA menyimpan data untuk menghasilkan sistem penyimpanan data mutakhir.
Microsoft membeli sepuluh juta untai DNA dari perusahaan biologi Twist Bioscience untuk meneliti penggunaan material genetik untuk menyimpan data. Sifat yang ditunjukkan DNA menarik perhatian terutama untuk pengarsipan data jangka panjang. Kepadatan data DNA mempunyai kapasitas penyimpan berkali-kali lipat jika dibandingkan dengan sistem penyimpanan konvensional, hanya dengan 1 gram DNA mampu mewakili 1 miliar terabyte (1 zettabyte) data. DNA juga memiliki kekuatan dan ketahanan yang luar biasa, sebuah fragmen DNA mampu bertahan sampai dengan 1000 sampai 10.000 tahun, data dalam DNA tetap utuh dan dapat dibaca. Dengan kemampuan menyimpan data begitu besar dan tempat penyimpanan yang minimalis, maka hanya dengan 20 gram DNA dapat menyimpan seluruh data yang ada sekarang.
Dalam percobaan bersama Microsoft dan University of Washington dengan menggunakan DNA sintetis untuk penyimpanan data digital, mereka menjelaskan seluruh arsitektur sistem penyimpanan data berbasis DNA seperti yang dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Menurut Twist Bioscience, teknologi pengarsipan berbasis DNA memiliki dua keuntungan dari penyimpanan digital tradisional yaitu, umur lebih lama, dari data terbaru mengatakan penyimpanan DNA bisa bertahan hingga ribuan tahun dan kepadatan data yang lebih tinggi, yang mampu menampung data mencapai satu triliun GB untuk satu gram DNA.
Twist Bioscience menambahkan bahwa penyimpanan data dengan DNA bukanlah sebuah alternatif pengganti untuk flashdisk ataupun hard drive.
Sistem penyimpanan data DNA terdiri dari synthesizer DNA yang mengkode data yang akan disimpan dalam DNA, yaitu wadah penyimpanan dengan kompartemen yang menyimpan kolam DNA yang memetakan volume dan sequencer DNA yang membaca urutan DNA dan mengkonversinya kembali menjadi data digital.
Yang cukup menjanjikan dengan progres penyimpanan data dengan DNA adalah pada biaya membaca data rangkaian genetik yang telah mengalami penurunan secara subtansial selama kurun waktu 20 tahun terakhir. Proyek genom manusia yang berjalan pada tahun 1990 sampai 2003 menghabiskan dana kira-kira 3 juta dolar. Tapi sekarang pekerjaan tersebut hanya membutuhkan biaya sebesar 1000 dolar.
Meskipun demikian, kelayakan penyimpanan DNA sintesis untuk komersial masih membutuhkan waktu, walau teknologi itu sendiri bekerja seperti yang diharapkan. Microsoft mengatakan bahwa uji coba awal dengan twist telah menunjukkan bahwa proses pengambilan penuh data dikodekan dari DNA sangat memungkinkan terlihat dengan data digital yang dikodekan pada DNA dapat dipulihkan 100 persen. Dan menurut penelitian juga dikatakan bahwa data yang disimpan pada DNA dapat bertahan hingga 2.000 tahun lamanya tanpa mengalami kerusakan. Jadi apabila teknologi ini dapat dibuat cukup murah, itu berarti bahwa satu hari nanti pengarsipan data jangka panjang bisa menggunakan teknologi yang sama dengan kehidupan itu sendiri – Digitalmania. (ANH)