Digitalmania – Akibat dua kecelakaan yang telah menarik perhatian internasional: pertama pada Oktober dioperasikan oleh maskapai penerbangan Indonesia Lion Air (Penerbangan 610) yang menewaskan 189 dan kecelakaan kedua hanya empat bulan kemudian dari Ethiopian Airlines penerbangan 302 yang menewaskan lebih dari 150. Pesawat Boeing 737 Max diboikot oleh banyak negara dan dilarang terbang.
Boeing yang menjadi pihak paling bertanggung jawab dalam kasus kecelakaan tersebut dalam pernyataannya mengatakan akan melakukan peningkatan perangkat lunak untuk semua jet Boeing 737 Max.
Boeing mengatakan pembaruan itu “dirancang untuk membuat pesawat yang sudah aman menjadi lebih aman.”
Secara khusus, ini mencakup overhaul untuk sejumlah kontrol penting. Undang-undang kontrol penerbangan yang disempurnakan menggabungkan input Angle Of Attack (AOA), membatasi perintah sebagai respons terhadap sudut yang keliru dari gangguan pembacaan. Para ahli penerbangan menemukan bahwa pilot tabrakan Lion Air di Indonesia Oktober lalu harus berurusan dengan input yang salah dari sensor angle of attack (AOA).
“Perusahaan Boeing sangat sedih dengan hilangnya Lion Air Flight 610, yang telah sangat mempengaruhi seluruh tim Boeing, dan kami menyampaikan belasungkawa dan simpati tulus kami kepada keluarga dan orang-orang terkasih yang ada di atas kapal,” bunyi pernyataan Boeing.
Sebagai tanggapan langsung terhadap kecelakaan Boeing, pemerintah di seluruh dunia melarang maskapai untuk menerbangkan pesawat Boeing 737 Max 8, termasuk Inggris, Singapura, Indonesia, Jerman, Oman, dan Australia.
Kita semua tentu tak bisa menutup mata bahwa sebagian besar kendali pesawat modern ada pada sistem komputerisasi, yang berarti kesalahan atau peretasan perangkat lunak dapat berpotensi membahayakan. Namun, apakah cukup dengan melakukan pembaruan perangkat lunak dapat diapstikan menyelesaikan masalah. Digitalmania. (AN).