Anak-anak saat ini, serta orang tua mereka, sering memposting foto selfie di jejaring sosial tanpa berpikir panjang. Tanpa berpikir dua kali atau memeriksa lebih teliti secara menyeluruh pada foto yang mereka buat, hanya satu klik dan ditayangkan untuk dilihat semua orang.
Akibatnya, banyak gambar yang dibagikan tanpa sengaja mengungkapkan informasi sensitif, seperti keberadaan seseorang atau barang berharga di latar belakang.
Hal ini perlu menjadi perhatian serius terutama bagi orang dewasa, perilaku seperti itu juga dapat membahayakan anak-anak. Coba berpikir sebentar: seorang anak yang memberikan lokasi mereka dapat memiliki konsekuensi serius, terutama jika orang tua atau wali tidak ada di dekatnya.
Ada juga ancaman digital yang bersembunyi di balik selfie spontan seperti cyberbullying. Seorang anak yang memposting foto diri dalam pose atau situasi yang memalukan dapat dengan mudah menjadi sasaran cyberbullies di seluruh dunia. Dan bagi anak-anak dan remaja, menjadi sasaran ejekan publik semacam itu bisa sangat menghancurkan dirinya terutama secara psikologis.
Apa yang dapat dilakukan orang tua untuk membantu anak-anak mereka menghindari jebakan selfie seperti ini?
-
Pertama mereka perlu menjadi panutan yang baik. Bahkan orang dewasa harus memperhatikan apa yang mereka posting. Anak-anak yang lebih kecil sering meniru orang tua mereka, bagi mereka orangtua merupakan figur terdekat yang menjadi panutan, dengan sendirinya orangtua adalah role model bagi anaknya.
Di satu sisi jika perilaku orangtua tidak sesuai atau tidak baik, anak akan melakukannya juga. Namun, apabila orangtua mampu menampilkan dirinya secara baik, menjadi contoh atau teladan yang benar untuk anaknya, anak pastinya akan mengikutinya.
-
Setiap tahun, lebih banyak orang mati saat selfie daripada terbunuh oleh hiu. Karena itu penting bagi orang tua untuk menjelaskan kepada anak-anak mereka bahwa tidak ada foto yang sepadan dengan risiko bahaya. Anak-anak juga harus selalu waspada terhadap lingkungan mereka saat mengambil gambar atau bermain game di perangkat mereka.
-
Orang tua harus mengajar anak-anak mereka bahwa apa pun yang diposting di internet tetap ada di sana selamanya. Tidak ada tombol hapus yang ajaib atau otoritas yang mahakuasa yang dapat menghapus posting seperti itu, jadi lebih baik untuk berpantang daripada menyesal nanti.
-
Jika anak-anak baru mulai belajar bagaimana menggunakan media sosial dan perangkat pintar mereka, orangtua harus ada di sana untuk mereka. Bantu mereka melindungi privasi mereka dan tunjukkan pada mereka cara memperlakukan setiap gambar seperti yang akan dilakukan seorang detektif, mencari detail terkecil yang peka yang seharusnya tidak ada di sana atau bisa berbahaya. Dan baiknya untuk mengadopsi pendekatan non konfrontatif ketika berbicara dengan anak tentang masalah ini.
-
Gunakan aplikasi Parental Control yang dapat diandalkan untuk mengawasi apa yang anak lakukan saat online. Bimbing mereka melalui pengalaman internet mereka, jelaskan risikonya, dan bantu mereka menjauh dari masalah.
Bagikan kisah sehari-hari Anda tentang praktik baik dan buruk dengan selfie di antara semua anggota keluarga. Pengalaman online sama pentingnya dengan pengalaman lainnya. Seiring bertambahnya usia, bersiaplah untuk dialog terbuka yang bisa menjadi lebih efektif daripada bersikap otoriter terhadap anak.
-
Aturan praktis yang baik untuk semua yang diposting secara online: Jika Anda tidak ingin ibu atau ayah melihatnya, Anda mungkin tidak boleh mempostingnya.