Digitalmania – Dunia ilmiah sedang bergejolak panas sejak mengemuka teori tentang menghidupkan kembali binatang purba Mammoth. Belum selesai dengan kontroversi tersebut, Dr. Michio Kaku profesor fisika teoritis di City College, New York, mengangkat isu baru tentang bagaimana mengkloning Neanderthal, atau dinosaurus, hanya didasarkan genom mereka.
George Church, ahli genetika dan direktur Harvard University Church Labs, percaya bahwa kita dapat mengkloning Neanderthal. Namun ia tidak menganjurkan untuk tidak terburu-buru menjalankan proyek secara langsung. Meskipun ia mendorong diskusi tentang masalah tersebut. Church percaya bahwa dengan teknologi stem cell saat ini dan sequence genom Neanderthal yang telah selesai, potensi untuk mengkloning Neanderthal sangat besar.
Neanderthal punah puluhan ribu tahun yang lalu, sehingga mengkloning satu dari DNA yang dipulihkan bisa menjadi prestasi mengesankan. Lalu mungkinkah mengkloning sesuatu dari 65 juta tahun yang lalu. Dr Kaku mengakui bahwa kloning dinosaurus tidak akan semudah kloning Neanderthal atau mammoth tapi bukan berarti tidak berarti tidak mungkin.
Dr Kaku mencatat bahwa protein yang ditemukan dalam jaringan lunak femurs dinosaurus yang mirip dengan ayam, katak, dan reptil. Dia berpendapat bahwa melalui penggunaan superkomputer, urutan genetik dapat diproduksi, sehingga akan menciptakan potensi teoritis untuk kloning melalui epigenetik.
Berbicara kloning mammoth atau dinosaurus, keterbatasan yang ada sebagian besar bersifat teknis untuk saat ini. Tapi tidak dengan kloning Neanderthal, ada nilai0nilai etis dan etika yang perlu dipertimbangkan. Seperti yang Dr Kaku pertanyakan, apa yang para ilmuwan akan lakukan setelah mampu mengkloning seorang anak Neanderthal? Haruskah ia ditempatkan di penangkaran seperti semacam kebun binatang hewan? dan seumur hidup menjadi bahan studi? Dan banyak lagi pertanyaan yang bisa jadi bahan perdebatan seumur hidup, dan tentu saja tidak akan membawa faedah apa pun. Digitalmania. (FS)